Wajah Kudori mendadak muram melihat ladang budidaya kentang miliknya. Petani kentang di daerah Tambabaya, Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat tersebut hanya mampu panen 8 ton kentang atlantik di 1 hektar lahan miliknya. Hal ini disebabkan budidaya kentang miliknya pada tahun 2012 kemarin terserang penyakit busuk daun yang menurunkan hasil produksi kentang hingga 50%.
Penyakit busuk daun memang menjadi hantu menakutkan bagi para petani budidaya kentang, terutama jenis kentang atlantik. Padahal, kentang atlantik masih menjadi prioritas utama sebagai bahan baku keripik. “Sementara ini belum ada varietas kentang sebaik atlantik,” ujar bapak satu anak tersebut.
Penyakit busuk daun pada budidaya kentang biasanya ditandai dengan adanya bercak di bagian ujung dan tepi daun. Bercak tersebut terus melebar hingga menyebar ke seluruh permukaan daun. Akibatnya tanaman kentang akan mati yang disebabkan kemampuan daun melakukan proses fotosintesis menjadi tidak berfungsi sama sekali.
Ir Asih Karyadi, seorang peneliti di Balai Penelitian Tanaman Sayuran mengungkapkan bahwa penyakit busuk daun yang kerap terjadi pada tanaman kentang disebabkan oleh phytophthora infestans. “Busuk daun yang meresahkan petani kentang ini bahkan meningkat dua kali lipat jika memasuki musim penghujan,” ungkap Ir Asih.
Kentang Varietas Tahan Busuk Daun
Ir. Asih, kemudian menawarkan petani varietas baru sebagai pengganti varietas budidaya kentang sebelumnya. Kentang varietas baru ini merupakan hasil perkawinan silang yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Mengahasilkan varietas “Kentang medians” hasil kawin silang antara induk kentang betina atlantik dengan induk kentang jantan klon 393284.39. Hasil kawin silang tersebut menghasilkan kentang yang tahan terhadap penyakit busuk daun hingga 90%.
Mengetahui saran tersebut dan tidak ingin usaha budidaya kentangnya merugi seperti sebelumnya, Kudori kemudian mencoba menanam kentang median tersebut pada medio Agustus 2013 lalu. Ia menanam 30.000 bibit kentang medians di setiap 1 hektar lahan miliknya, dengan jarak antar tanaman 80cm x 25 cm.
Sementara untuk pemupukan, Kudori memberikan pupuk dasar yang terdiri dari 20 ton pupuk kandang, 150 kg pupuk ZA, 250 kg pupuk SP-36, serta 100 kg pupuk NPK Mutiara. Pupuk SP-36 tersebut selain berfungsi sebagai penambah nutrisi unsur hara tanah, ia juga berfungsi sebagai penahan hama penyakit serta kekeringan tanaman pada budidaya kentang.
Pupuk dengan dosis yang sama tanpa pupuk kandang juga kembali diberikan oleh Kudori pada lahan budidaya kentang, saat tanaman berusia 20 – 30 hari pasca tanam. Sedangkan untuk menghindari penurunan produksi pada budidaya kentang miliknya, Kudori juga memberikan pestisida 3 hari sekali jika musim hujan, serta 5 hari sekali ketika musim kemarau.
Padahal para petani budidaya kentang diluar bibit medians umumnya menyemprotkan pestisida setiap dua hari sekali. Hal ini tentu saja menguntungkan bagi Kudori dengan bibit kentang mediansnya. Ia hanya membutuhkan 20 kali penyemprotan pestisida di musim kemarau dalam rentang waktu 100 hari periode penanaman kentang medians miliknya.
Kudori mengeluarkan biaya 7 juta rupiah untuk penyemprotan pestisida. Sementara total biaya perawatan budidaya kentang medians dari pemupukan, penyemprotan pestisida, penyiangan dan penyiraman membutuhkan biaya kurang lebih 50 juta untuk satu hektar lahan budidaya kentang. “itu jauh lebih murah jika dibandingkan dengan bibit kentang selain Medians,” ungkap Kudori yang telah melakukan usaha budidaya kentang selama 5 tahun tersebut.
Budidaya Kentang dengan Hasil Melimpah
Setelah 100 hari usia tanam, tanaman kentang Median milik Kudori siap panen. Pada saat di panen, produksi budidaya kentang Medians milik Kudori menghasilkan hingga 32 ton umbi kentang per hektar. Tentu ini pencapaian luar biasa bagi Kudori yang sebelumnya panen kentang hanya 20 ton per hektar saat menggunakan bibit kentang atlantik. “ yang kena busuk daun hanya 5%, jadi panennya maksimal,” ujar Kudori sumringah.
Budidaya kentang varietas medians tahan serangan busuk daun & produksi tinggi,
Baca : Panduan Cara Menanam Kentang Secara Tepat dan Benar
Untuk masalah penghasilan yang diperoleh, jika mengacu pada harga kentang saat ini yaitu Rp. 5.400 / kg, maka selisih hasil panen 12 ton dibanding panen sebelumnya Kudori mendapatkan tambahan pemasukan hingga 64 jutaan setiap hektarnya. “Selisihnya besar sekali, apalagi pengeluaran untuk pestisida juga jauh lebih murah, pokoknya untung besar, “ ungkap Kudori penuh syukur.
Keuntungan budidaya kentang Medians tidak hanya pada selisih hasil produksi kentang. Ketika umbi kentang Medians ditawarkan kepada para produsen keripik kentang, ternyata mendapatkan apresiasi yang luar biasa. “ kadar air kentang Medians ternyata lebih sedikit dibandingkan kentang Atlantik, juga kadar gula yang lebih rendah, membuat kentang Medians ini tidak mudah gosong ketika digoreng,” ujar Kasnadi, salah satu produsen keripik kentang.
Kasnadi pun kini menjadi pelanggan tetap penampung hasil budidaya kentang Medians milik Kudori. Alasan lainnya adalah kentang Medians dapat menghasilkan keripik kentang lebih banyak dibandingkan dengan kentang Atlantik padahal dengan bobot yang sama. “1 ton Atlantik biasanya jadi 200 kg keripik kentang, sekarang dengan 1 ton Medians menghasilkan 300 kg keripik,” gembira Kasnadi.
Kini Kudori juga memperbanyak pembibitan kentang jenis Medians, untuk dikembangkan ke petani lain yang menjalankan usaha budidaya kentang. “Saya perbanyak dan sebarkan ke teman – teman, percuma saja jika Saya berhasil tapi lainnya tidak,” tutup Kudori berfilosofi.
(Sumber:Trubus)
Budidaya Kentang dengan Varietas Baru Ini, Tahan Serangan Busuk Daun !!
Budidaya Kentang dengan Varietas Baru Ini, Tahan Serangan Busuk Daun !!