Banyak yang bertanya, siapa sih yang orang pertama yang memperkenalkan kota Batu Jawa Timur sebagai kota apel. Adalah beliau Bapak Edy Antoro Direktur Utama dari Kusuma Agrowisata Grup perusaan yang bergerak pada bidang agrowisata yang mengenalkan kota Batu sebagai kota apel. Wisata petik apel, strawberi dan jeruk dikenalkan pertama kali oleh Kusuma Agrowisata Grup. Sudah ribuan orang yang telah mengunjungi perkebunan apel dari Kusuma Agrowisata untuk melakukan wisata petik apel.
Setidaknya untuk melakukan semua kegiatan di kebun Kusuma Agrowisata dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 3000 orang dan 90% dari tenaga kerja tersebut berasal dari warga Batu dan sekitarnya. Ada 5 divisi penting yang terdapat pada Kusuma Agrowisata antara lain divisi estate, hotel, agrobisnis, agroindustri dan sindu kusuma park. Pertumbuhan usaha dari perusahaan ini mencapai 35% tiap tahunnya.
Namun dibalik keberhasilan perusahaan ini, siapa sangka kalau awalnya bapak Edy Antoro harus berusaha keras untuk mencangkul sejengkal demi sejengkal tanah bebatuan selama tiga tahun sebelum mendapatkan hasil perkebunan apel yang memuaskan. Bukan semudah mencangkul tanah yang subur, Pak Edy harus mencangkul tanah tandus dan berbatu setiap harinya dengan ditemani beberapa anak buahnya.
Awal Mula Dimulainya Bisnis Perkebunan Apel
Di tahun 1988, Pak Edy diminta oleh mertuanya untuk mengelola lahan dengan luas 2,5 hektar yang berada di kawasan tandus di selatan kota Batu. Saking tandusnya, sampai tanaman jagung pun tidak bisa tumbuh dengan maksimal. Lahan yang dikelola beliau biasanya digunakan untuk mencari batu.
Sebagai mantan sinder kopi saat di Jember, sempat terlintas dipikiran pak Edy untuk menanam kopi arabika pada lahan tandus tersebut. Namun, pikiran tersebut berubah ketika beliau melihat para petani di bagian utara kota Batu berhasil menanam buah apel. Tips agar Anda berhasil melakukan budidaya tanaman apel, Anda bisa baca artikel kami berikut ini: Klik di sini. Sudah Anda baca? silahkan Anda lanjut membaca kisah sukses Bapak Edy.
“Saat itu hampir semua orang mencibir saya saat akan memulai membudidayakan apel. Mereka berkata saya hanya akan membuang uang dan tenaga saja tanpa mendapatkan hasil” ujar pak Edy. Tetapi dengan keyakinan yang mantap, beliau tetap menanam apel pada lahan tersebut. Kegiatan perkebunan apel tersebut dimulai oleh beliau pada tahun 1989.
Di lahan yang tandus tanpa adanya listrik, jauh dari pemukiman penduduk dan pasokan air yang minim pada lahannya tak menyurutkan niat beliau bersama 60 karyawannya untuk menggarap perkebunan apel miliknya. Pada saat proses beberapa kali tanam, beliau mendapati usahanya berakhir dengan kegagalan. Tingkat kematian pada tanaman apel yang dibudidayakan mencapai 40 persen. Pak Edy terus mencoba menanam sampai pada tahun ketiga hasil budidaya apel yang dilakukannya pun mulai nampak. Beliau mulai berhasil panen ketika mencari – cari bibit apel terbaik sampai keluar pulau Jawa.
“Saya teringat waktu itu bisa langsung kredit mobil untuk digunakan mengangkut hasil panen buah apel ke kota Surabaya”, kata pak Edy. Kegembiraan tersebut tidak berlangsung lama. Ada kejadian pada saat pak Edy mengangkut apel segar ke kota Surabaya. Apel beliau pada saat itu hanya dihargai Rp 1.500 perkilonya. Padahal di tengkulak kota Batu saja harga apel segar masih berkisar antara Rp 1.900 perkilonya. Kata pembeli pada saat itu apel segar milik pak Edy kualitasnya kurang baik. “Hal tersebut sangat tidak beralasan karena saat ditimbang apel reject milik saya totalnya hanya 2 kg saja dari total 8 kuintal yang saya jual”.
“Sejak saat itu saya merasa seperti dipermainkan oleh para pembeli dan tengkulak dan itu membulatkan tekad saya untuk membuat supermarket apel sendiri ditengah perkebunan apel saya. Mereka sangat tidak menghargai kerja keras dari petani apel”, imbuh beliau sambil mengingat ingat masa lalunya. Untuk membantu Anda agar hasil panen tanaman apel tetap maksimal silahkan baca artikel kami tentang langkah penting perlakuan pasca panen pada budidaya apel. Klik di sini
Untuk menjaga kualitas hasil tanaman apel, beliau menggunakan pupuk organik yang didapatkan dari warga sekitar perkebunan apel. Peternak disekitar kebun pak Edy pun tidak kesulitan melakukan penjualan hasil olahan kotoran ternak mereka karena pak Edy mau membelinya tanpa bersusah payah harus menjualnya ke tempat lain. Oww iya, bisnis pupuk organik ternyata sangat menguntungkan loh, baca di sini analisis bisnis pupuk organik untuk lebih jelasnya.
Membuat Supermarket Di Tengah Perkebunan Apel
Keinginan pak Edy untuk membuat supermarket di tengah perkebunan apel akhirnya bisa diwujudkan pada tahun 1992. Dengan menggunakan konsep “Anda bisa memetik sendiri apel langsung dari kebunnya dan membawanya pulang”. Harga yang dikenakan untuk wisata perkebunan apel ini waktu itu adalah Rp 5.000, sama dengan harga 1 kg apel di pasaran. Cara promosi yang dilakukan pak Edy adalah dengan mempromosikannya dari hotel ke hotel, dari tempat wisata ketempat wisata lainnya dan promosi ini sangat efektif karena kebun apel beliau semakin dikenal oleh kalangan wisatawan.
Perkembangan pesat dari perkebunan apel pak Edy semakin memperluas usaha beliau. Beliau juga membangun hotel – hotel di sekitar perkebunan untuk menampung wisatawan yang semakin banyak berkunjung. Dengan berdirinya hotel Kusuma Agrowisata, ini pula yang menjadi pelopor masuknya listrik ke kawasan Gunung Panderman. Berangsur – angsur kawasan lereng panderman mulai ramai, bukan saja untuk ditinggali tetapi juga tempat usaha dan wisata lainnya mulai dibangun. Jalan akses yang tadinya sempit saat ini menjadi jalan dengan aspal yang mulus dengan dua jalur.
Tidak sampai disitu saja, pak Edy juga merambah produk olahan dari hasil perkebunan apel yang dimilikinya. Seperti dodol apel, sari apel dan beragam aneka olahan apel lainnya untuk dijadikan oleh – oleh khas perkebunannya. Warga sekitar yang semula hanya belajar membuat olahan apel saat ini juga mulai membuat usaha apelnya sendiri. Warga pun turut berkembang bersama dengan kemajuan usaha perkebunan apel pak Edy. “Bagi saya tidaklah masalah jika banyak orang bisa berusaha karena saya. Sayapun bisa berhasil karena ada bantuan dari mereka. Mungkin karena doa mereka saya bisa menjadi seperti ini”,ujar ayah tiga anak tersebut.
Bapak Edy dari Batu ini mengajarkan bahwa sesulit apapun usaha itu jika Anda lakukan dengan bersungguh – sungguh maka akan menghasilkan hasil suatu ketika nanti dan ini dibuktikan dengan beliau yang mampu menyulap tanah bebatuan menjadi perkebunan apel yang segar dan ranum.
(Disadur kembali dari Kompas/Dahlia Irawati)
sumber gambar: dariberbagaimacamsumber
Kisah Sukses-Menyulap Lahan Tandus Jadi Perkebunan Apel
Kisah Sukses-Menyulap Lahan Tandus Jadi Perkebunan Apel