Hidroponik dalam bahasa inggris disebut juga hydroponic. Hydro yang berarti air dan ponic berarti tenaga. Sehingga prinsip dasar cara bertanam hidroponik adalah budidaya tanaman dengan menggunakan media air, atau dengan kata lain bercocok tanam tanpa mengunakan tanah.
Oleh karenanya, cara menanam hidroponik akan membuat Anda tidak perlu berkotor-kotor ria dan menyangkul karena memang tidak menggunakan media tanah dan menyiram tanaman secara manual karena prinsip dasarnya sudah menggunakan air. Siapapun dapat melakukannya karena cara bertanam hidroponik relatif lebih mudah bila dibandingkan dengan cara penanaman konvensioanal dengan menggunakan media tanah.
Memang tidak dapat dipungkuri bahwa tanah masih sengat identik dengan dunia bercocok tanam. Ini lah yang menyebabkan bagi sebagian orang kegiatan bercocok tanam identik dengan kotor, berbau, dan hal-hal lain yang menjadi faktor penyebab malas untuk bercocok tanam. Meskipun kegiatan ini tergolong aktivitas produktif dan hobi.
“Cara bertanam hidroponik muncul dari pemahaman bahwa tanam hidup bukan hanya karena tanah, melainkan dari unsur-unsur yang terdapat pada tanah. Karena itu, jika unsur-unsur yang dibutuhkannya terpenuhi, tanaman bisa tumbuh tanpa tanah”
Sejarah dan Perkembangan Hidroponik
India, Cina dan Mesir adalah bangsa yang pertama kali mempraktekannya pada tanaman sayuran, mentimun dan semangka. Lokasinya di pinggiran sungai pada bedengan pasir. Mereka mencoba hanya memberikan pupuk organik cair pada tanam-tanam tersebut. Dan ternyata tanaman dapat tumbuh dengan baik dan optimal.
Seiring dengan perkembangan jaman dan ilmu, dua ilmuan dari Jerman, Julius Von Sachs (1860) dan W. Knopo (1861-1865), memberikan bukti bawah pada prinsipnya tanaman dapat tumbuh dalam media inert yang tidak ada reaksi kimia. Mereka berdua juga berhasil melakukan identifikasi unsur-unsur penting yang dibutuhkan oleh tumbuhan baik unsur hara makro (besar) dan unsur hara mikro (kecil).
Penemuan inilah yang menginspirasi peneliti-peneliti selanjutnya seperti Robbins (1946), Arnon (1938), Trelease (1933), Hoagland (1919), Shieve (1915), Tottingham (1914), dan Tollens (1882) untuk membuat larutan yang dapat memberikan unsur-unsur makro dan mikro tersebut.
“Secara sederhana sistem hidroponik adalah budidaya tanaman yang mengantikan media tanah dengan larutan yang mengandung unsur hara mikro dan makro”
Lalu kapan budidaya hidroponik masuk ke Indonesia? Cara bertanaman hidroponik masuk dan diperkenalkan di Indonesia pada awal sekitar tahun 1980an. Di tanah air, cara bertanam hidroponik mendapat sambutan hangat dari masyarakat, terutama kaum urban (perkotaan) yang hobi dengan tanaman.
Baca juga: Cara bertanam hidroponik ini disebut-sebut paling canggih. Model Jinjing dengan pengairan aeroponik
Jika dibandingkan dengan cara konvensional, bertanam secara hidroponik memiliki beberapa keuntungan :
- Penggunaan teknik ini dapat menekan serangan hama, cendawan, dan penyakit yang berasal dari tanah sehingga bisa meniadakan penggunaan pestisida.
- Hidroponik juga menghemat penggunaan areal tanam karena bisa dilakukan di lahan yang sempit.
- Dengan hanya mengkontrol air dan unsur hara yang terukur, kualitas dan kuantitas panen dapat terjamin.
Bagi kaum urban dengan segala hirup-pikuknya, cara bertanam hidroponik benar-benar memberikan solusi untuk menyalurkan kegemaran bercocok tanam, sehingga dapat menambah kenyamanan hidup, ditengah-tengah lahan yang sangat terbatas dan polusi udara perkotaan yang menyebalkan. Selain itu cara memanam hidroponik juga dapat menghadirkan nuansa alami dan estetika di rumah. Lihat contoh gambar di biawah ini:
Bagaimana, menarik bukan? Hanya dengan menggunakan botol bekas Anda dapat memperindah halaman rumah Anda seperti gambar di atas. Sangat mudah dan murah…
Selain itu, bercocok tanam di perkotaan juga bisa menghasilkan pangan. Terutama jika yang dibudidayakan berupa sayuran dan buah-buahan berumur pendek. Bahkan, kini budidaya hidroponik juga bisa dilakukan di dalam ruangan.
Untuk lebih memperjelas Anda silahkan tonton Video kami berikut ini:
Dengan tangan yang tidak terlalu kotor dan tidak lagi perlu meninggalkan rumah jauh-jauh, masyarakat kota dapat menanam beraneka jenis buah dan sayur-sayuran semusim di halaman rumahnya lagi-lagi hanya dengan menggunakan botol bekas. Lihat gambar dibawah ini:
Gambar di atas adalah cara bertanam hidroponik paling sederhana yang bisa dilakukan oleh semua orang. Anda hanya perlu menyiapkan botol-botol bekas dan membuatnya seperti gambar di atas. Untuk lebih memperjelas Anda, berikut kami jabarkan pentunjuk cara pembuatanya.
Botol air mineral dipotong menjadi dua bagian persis di tengah-tengahnya. Selanjutnya, potongan bagian atas dimasukkan secara terbalik ke potongan bagian bawah sehingga akan tercipta semacam wadah menanam yang bertumpuk. Bagian atas menjadi wadah media tanam dan tempat tanaman tumbuh, sedangkan bagian bawah menjadi tempat larutan nutrisi. Untuk lebih jelas perhatikan gambar dan keterangan di bawah ini:
Bahan
- Sisa botol air minum ukuran 1 liter.
- Media tanam (rockwool).
- Sumbu flannel
- Gunting, cutter, paku
Cara pembuatan
- Potong botol bekas menjadi dua (2) bagian
- Kemudian panaskan paku, dan buat beberapa lubang dengan diameter 1 cm lalu potongan botol di bagian atas maupun yang bawah untuk aerasi.
- Biarkan tutup botol tersebut pada tempatnya, lalu buat lubang tepat pada tengah-tengah dari tutup botol untuk memasukkan sumbu flannel.
- Masukkan potongan botol tersebut pada bagian atas kemudian potongan botol pada bagian bawah yang sudah diisi larutan nutrisi.
- Masukkan media tanam ke dalam potongan bagian atas.
Baca juga: Wow! Wanita ini mendapatkan keuntungan Rp 40 jt/bulan hanya dari bisnis Hidrponik
Bagaimana, mudah bukan? Untuk tahap awal, praktekan cara bertanam hidroponik sederhana di atas terlebih dahulu. Selanjutnya Anda akan lebih mudah memahami cara bertanam hidroponik untuk model-model yang lainya. Ada yang mau ditanyakan?
Cara bertanam hidroponik by Wahyu Sumprabowo Hardi, SP.
Ini Lah Logika Dasar Cara Bertanam Hidroponik Yang Wajib Anda Tahu
Ini Lah Logika Dasar Cara Bertanam Hidroponik Yang Wajib Anda Tahu