Bagi kalangan pecinta burung kicauan maupun yang hobinya memancing, tentu sudah tidak asing lagi dengan yang namanya kroto. Nama kroto adalah sebutan orang Jawa untuk memaknai campuran pupa dan larva dari semut rangrang atau semut penganyam Asia yang dalam bahasa latin bernama Oecophylla smaragdina.
Budidaya kroto rumahan menjadi prospek bisnis yang cukup menjanjikan, karena modal yang dikeluarkan tidak terlalu besar, namun keuntungan berlipat saat mulai panen.
Harga jual dari kroto pun terus meningkat seiring dengan semakin banyaknya orang yang memiliki hobi memancing maupun memelihara burung kicauan.
Bisnis Menjanjikan Pengisi Waktu Luang
Budidaya kroto rumahan termasuk salah satu jenis usaha sampingan yang tidak membutuhkan tenaga yang besar serta waktu yang terforsir. Siapa saja bisa melakukannya, termasuk Triyono, Pria berusia 31 tahun yang tinggal di daerah Sokolilo, Grobogan, Jawa Tengah.
Di sebuah desa tempat tinggalnya yang berhawa sejuk dan dikelilingi oleh hutan yang masih terjaga kelestariannya, membuat Triyono dan beberapa temannya mulai melakukan budidaya kroto rumahan sejak tahun lalu. Pada awalnya Triyono melakukan budidaya semut kroto dengan cara tradisional yaitu dengan mengambil sarang kroto langsung di hutan dekat tempat tinggalnya.
Namun karena berbagai alasan, dan semakin banyaknya permintaan konsumen akan kroto, membuat Triyono merintis usaha budidaya kroto rumahan dengan menggunakan media toples sebagai sarang buatan untuk kroto bertelur dan berkembang biak. Beberapa faktor yang menyulitkan jika budidaya semut kroto tradisional seperti yang pernah dirasakan langsung oleh Triyono adalah sebagai berikut :
- Jarak tempuh dari rumah menuju hutan tempat kroto bersarang cukup jauh, ini tentu memakan waktu dan tenaga
- Sarang kroto cenderung berpindah – pindah setelah merasa terganggu saat sarang pertama diambil oleh petani kroto, dan ini semakin menyulitkan untuk mencari
- Kerap terkendala cuaca, apalagi jika musim penghujan yang semakin menyulitkan memanjat pohon jika sarang kroto berada di atas pohon yang tinggi
- Tidak semua orang bisa memanjat pohon dengan baik, melakukan perjaanan jauh ke hutan, serta belum tentu dalam sehari dapat menemukan sarang kroto yang dimaksud
- Saat kebutuhan pasar terus meningkat, para petani justru kesusahan untuk memenuhi permintaan konsumen karena sulitnya medan dan susahnya sarang kroto diutemukan.
Atas beberapa pertimbangan itulah mengapa Triyono yang sudah dimulai sejak tahun lalu melakukan budidaya kroto rumahan, yaitu melakukan penangkaran sarang kroto di rumahnya dengan menggunakan media toples sebagai media penangkaran. Dengan budidaya kroto toples tersebut, Triyono mampu memenuhi permintaan konmsumen, serta waktu panen kroto dapat di atur waktunya dengan teratur sesuai dengan siklus hidup semut rangrang tersebut.
Permintaan akan kroto milik Triyono pun tidak hanya dating ari para pecinta burung kicau maupun pehobi memancing, hasil panen dari budidaya kroto rumahan milik Triyono tersebut juga banyak dibeli oleh para produsen jamu maupun industry kecantikan sebagai bahan campuran kosmetik untuk wanita.
“ Pasar kroto masih terbuka lebar, Anda sama sekali tidak terlambat jika hendak memulai budidaya kroto rumahan, sebab permintaan akan kroto masih belum dapat dipenuhi oleh para peternak kroto, makanya harganya melambung tinggi, kini menembus angka Rp. 250.000 per kg di daerah Saya, “ demikian penjelasan dari Triyono mengenai potensi budidaya kroto rumahan sebagai usaha sampingan maupun usaha pokok.
Analisis Usaha Budidaya Kroto Rumahan
Masih menurut Triyono, memulai usaha budidaya kroto rumahan tidak membutuhkan modal yang cukup besar. Pria yang kini memiliki dua orang putra tersebut menyarankan untuk memuai budidaya kroto rumahan dengan membeli bibit kroto dalam toples sebanyak 100 hingga 300 toples. “ kalo harga satu toples bibit kroto Rp. 65.000, dan Anda memulai dengan 100 toples, maka cukup dengan merogok kocek Rp. 6.500.000 kan ? “ papar Triyono menjelaskan.
Kemungkinan dana yang dikeluarkan untuk alat , rak penangkaran, hingga pakan selama penangkaran menurut Triyono cukup dengan menganggarkan dana Rp. 2.000.000. jadi total anggaran untuk memulai usaha budidaya kroto rumahan tersebut hanya Rp. 8.500.000 saja. Modal tersebut hanyalah modal awal untuk seterusnya, untuk periode penangkaran berikutnya setelah panen pertama, hanya membutuhkan biaya pakan kurang dari 10% dari total omset yang didapat.
Sementara untuk keuntungannya, jika budidaya kroto rumahan Anda mampu menghasilkan panen sebesar 5 ons untuk setiap 10 toples sarang kroto, dengan perkiraan harga jual kroto Rp. 25.000 / ons, maka dalam 100 toples sarang kroto milik Anda akan menghasilkan 5 kg kroto dengan nilai omset Rp. 1.250.000 sekali panen. Itu jika Anda hanya memiliki 100 toples, dan tinggal berapa banyak toples sarang kroto yang Anda pelihara nantinya.
Namun Triyono tidak lupa menyarankan agar panen budidaya kroto rumahan dilakukan setiap tiga bulan sekali. “ Bisa saja dua bulan sekali, tapi semut rangrang kan butuh regenerasi para penghuni koloninya agar dapat menghasilkan kroto yang optimal, makanya Saya memanennya tiga bulan sekali,” Ungkap Triyono menutup pembicaraan.
Apakah Anda sudah tidak sabar untuk budidaya kroto rumahan untuk mengisi waktu luang dan menambah penghasilan Anda ? Kalo begitu baca juga artikel terkait dari Kami mengenai
Ingin Budidaya Kroto: Baca Dulu Analisis Usaha Ini !!
Mengupas Lengkap Cara Budidaya Kroto Secara Sederhana
Manfaatkan segala peluang dan potensi disekitar Anda, tips cara budidaya kroto rumahan ini semoga dapat menambah informasi. Selamat berkarya..
Boleh dnk mnta almat dmn bs bli bbt bwt bd dy kroto
Mks
Baik pak, untuk info yang menyediakan bibit kroto akan kami infokan kembali pak. terima kasih
Kalo boleh dan ada minta alamat peternak kroto daerah sekitaran Pekalongan, terimakasih….
untuk daerah kebumen mna yha??